Sebenarnya,
tidak ada yang
salah dengan berbagai perkembangan teknologi telepon seluler maupun
Internet. Tetapi, ketika anak sudah memiliki "dunia lain" dengan
selulernya ataupun internet, orangtua harus mulai waspada. Jangan -
jangan, anak kita sudah mulai kecanduan dengan HP/Internet.
Saat ini, banyak kita temukan anak-anak yang asyik dengan seluler masing-masing, meski dalam acara perkumpulan keluarga. Bagi kita, mungkin merupakan pemandangan aneh. Untuk itu, kita harus mengingatkan mereka agar saling bertukar nomor seluler, add-friend di Facebook, atau saling bertukar game, sehingga mereka bisa saling berkomunikasi.
Saat ini, banyak kita temukan anak-anak yang asyik dengan seluler masing-masing, meski dalam acara perkumpulan keluarga. Bagi kita, mungkin merupakan pemandangan aneh. Untuk itu, kita harus mengingatkan mereka agar saling bertukar nomor seluler, add-friend di Facebook, atau saling bertukar game, sehingga mereka bisa saling berkomunikasi.
Ketika anak lebih asyik
dengan teman jauhnya daripada
keluarga dekatnya, orangtua harus
melakukan pendekatan yang baik
kepada anak. Jadikan ia sebagai
subjek bukan objek. Dengan begitu,
kita bisa berbicara pada posisi
yang sama sebagai sahabat. Saat
itulah, kita bisa mengarahkan cara
menggunakan alat komunikasi ini.
Menurut Psikolog Rina
Mutaqinah Taufik, orangtua tidak
bisa begitu saja memproteksi anak
,dari kemajuan teknologi. Setiap
kemajuan teknologi, termasuk
seluler, pasti memiliki nilai positif
dan negatif. Karenanya, orangtua harus mempersiapkan anak-anaknya,
agar mampu memanfaatkannya dari
sisi positifnya.
Sementara itu, psikolog pemilik
rumah belajar "Rumah Sakinah"
Dra. Hj. Fifin Widyaprasti. PSi
mengatakan, kecanggihan teknologi,
dalam hal ini seluler/internet, bagaikan
mata pisau. Bisa bermanfaat dan
bisa membahayakan - tergantung
penggunaannya. Inilah yang perlu
dipahami oleh orang tua, dan
diajarkan kepada anak-anak. Disamping itu, orangtua harus kreatif membuat acara yang melibatkan anak-anak, agar kebersamaan tetap terjalin. Misalnya, membakar ikan bersama, merapikan meja dan kursi bersama, menghidangkan kue atau minuman. "Semua disengaja, agar anak-anak dan cucu-cucu kerja bakti beramai ramai menyiapkan ruangan" katanya. |
Lebih lanjut Fifin mengingatkan,
jangan sekali-sekali mengajarkan
anak-anak untuk saling bangga
dan bersaing soal kecanggihan
serta mahalnya harga perangkat perangkat
itu. Alat-alat ini bukan
untuk " jor-joran" Ajarkan fungsi
dan manfaatnya bagi kehidupan,
pengembangan pengetahuan, dan
kemudahan dalam bersilaturahim.
Mlsalnya melalui lisan, yaitu
menjelaskan kegunaan perangkatperangkat
itu, mengapa orangtua
bersedia membelikannya, apa
harapan bapak ibu setelah
memilikinya, dan tunjukkan
fitur-fitur berman-faat yang perlu
diketahui anak sesuai usianya.
Sebagaimana mendidik anak,
masalah disiplin juga perlu
ditekankan. Sebisa mungkin,
orangtua selalu mengingatkan
anak-anaknya tentang waktu, kapan
waktu shalat, belajar, istirahat,
mandi, kumpul keluarga, dan
sebagainya. Sekali-kali, tanyakan
sejauh mana ia "berkelana" di
dunia maya. Jika perlu, pinjam
dan terlibatlah dalam game-game
yang mereka mainkan, sedang SMS
dengan siapa, dan lain sebagainya.
Tidak hanya itu, orangtua juga harus memberikan teladan, bahwa mereka hanya menggunakan alat-alat tersebut sesuai fungsinya. Dan anak-anak harus melihat bahwa orangtua tetap melaksanakan kewajiban-kewajibannya, meskipun seluler ada bersamanya. Dan jangan lupa, sampaikan bahwa ada biaya yang harus dibayar untuk penggunaan alat komunikasi ini. Dengan begitu, anak-anak akan tahu bahwa seluler hanyalah sebuah benda mati yang bisa dikendalikan oleh pemakainya. Bukan sebaliknya. Insya AIIah, klta bisa menghindarkan anak-anak dari kecanduan HP atau internet. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar